Rabu, 03 Februari 2016



MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

(SOFTSKILL)

“ ANAK JALANAN”


Penyusun :

Toba Surya Pranata (56415920)


Universitas Gunadarma kampus J1

Jl. KH. Noer Ali, Kalimalang, Jawa Barat

(021) 78881112





KATA PENGANTAR


     Puji syukur Saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.

    Dengan membuat tugas ini saya diharapkan mampu untuk memahami makna dari apa dan siapa itu anak jalanan atau yang sering disebut dengan gelandangan. Dalam proses penyelesaian makalah ini, Saya mengalami banyak kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan dan waktu. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

- Edi Fakhri selaku Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, yang telah memberikan arahan dan memotivasi Saya untuk menjadi mahasiswa yang aktif dan hebat.

- Orang tua dan keluarga Saya yang memberikan motivasi dan bantuan, baik secara moral maupun materi.

    Saya sadar, sebagai mahasiswa baru yang masih harus banyak belajar, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, agar penulisan makalah di masa mendatang bisa lebih baik.

     Saya berharap semoga makalah saya ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berwawasan nusantara, karena kita adalah penerus bangsa Indonesia.


PENYUSUN






Daftar Isi



Kata Pengantar................................................................................................ i

Daftar Isi........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1 - 2

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................3

BAB II LATAR BELAKANG

2.2 Pembahasan........................................................................................4 - 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................8

3.2 Saran........................................................................................................8

Daftar Pustaka...............................................................................................9





BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

     Pada masa sekarang ini tidak susah untuk mengetahui banyaknya anak yang turun ke jalanan dan hidup di jalanan di Indonesia. Alasannya tidak lain dan tidak bukan karena semakin hari biaya hidup di negara ini semakin mahal, terjadi ketimpangan sosial dimana-mana. Hal ini menyebabkan keluarga miskin menjadi semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang tua mereka dengan terang-terangan menggunakan mereka sebagai belas kasihan, hal ini dilakukan karena mereka tidak tahu lagi seperti apa mencari uang.

     Bekerja dan mencari uang adalah hal wajib yang dilakukan oleh anak jalanan. Tapi sayangnya, mereka melupakan hal penting yang berguna bagi dirinya kelak yaitu pendidikan. Bagi mereka uang lebih penting dari pendidikan. Bahkan tidak jarang mereka tidak bisa mempertahankan keimanan dengan adanya berbagai godaan menggiurkan di dunia ini. Di ibukota kita, anak jalanan yang berkeliaran disana berjumlah 4.000 anak. Sumber lain bahkan menunjukkan angka yang lebih fantastis. Tahun 2009 saja, angkanya mencapai 12.000 anak, naik 50% dari tahun sebelumnya yang hanya 8.000 anak. Jumlah ini tergolong tinggi dibanding rata-rata jumlah keseluruhan anak jalanan di 12 kota besar yang mencapai lebh dari 100.000 anak. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Nasional menyatakan, setidaknya ada 1,5 juta anak usia sekolah (13-18 tahun) terpaksa keluar dari bangku sekolah setiap tahun. Umumnya, karena terkait masalah ekonomi.

     Pemerintah nampaknya harus bekerja lebih keras, mengingat dalam UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Artinya sesungguhnya mereka yang hidup terlantar (termasuk anak jalanan) juga harus menjadi perhatian negara. Ironisnya pemerintah seolah angkat tangan dalam menangani anak jalanan. Malah terkadang pemerintah melakukan razia baik untuk gepeng (gelandangan dan pengemis) ataupun anak jalanan. Padahal sebenarnya hal itu bukanlah solusi, karena akar dari permasalahan anak jalanan itu sendiri adalah kemiskinan. Jadi kalau ingin tidak ada anak jalanan ataupun gepeng pemerintah harusnya memikirkan cara mengentaskan mereka dari kemiskinan. Mengentaskan kemiskinan adalah hal yang sulit, alternatif lain dengan cara meningkatkan pendidikan pada anak jalanan, karena mereka juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak lain.





1.2 Rumusan Masalah

   1.Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Anak Jalanan dan pengertiannaya.

   2.Menjelaskan pengelompokan Anak Jalanan.

   3.Menjelaskan factor – factor yang menyebabkan adanya Anak Jalanan.

   4.Menjelaskan solusi untuk mengatasi anak jalanan.





1.3 Tujuan Penulisan

     Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mengerti dan memahami apa itu yang dimaksud dengan anak jalanan atau gelandangan yang akhir – akhir ini banyak dan sering kali kita liat di sekitar kita tanpa kita sadari bahwa mereka telah putus segala – galanya diakibatkan karna adanya masalah - masalah tertentu yang terjadi kepada meereka selama ini.





1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai apa itu “Anak Jalanan” .

2. Bagi pembaca, sebagai sumber pengetahuan mengenai “Anak Jalanan” selain buku-buku         pelajaran lainnya

3. Sebagai gambaran dan acuan agar dapat lebih baik lagi dalam menyelesaikan makalah pada waktu yang akan datang.





BAB II

PEMBAHASAN

1. Anak Jalanan dan pengertiannaya.

     Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.

     Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaanalineatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.



2. Pengelompokan Anak Jalanan.

     Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota (HIMMATA) mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga. Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan keluarganya .

     Menurut Tata Sudrajat, Anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu :Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan (anak yang hidup dijalanan / children the street). Kedua,anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan (Children on the street). Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children).

Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya (children of the street). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh faktor sosial psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka. 

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya. 

3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang tua ataupun saudaranya) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan (kuli panggul), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu :
 1). Kelompok anak jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup di jalan melakukan semua aktivitas dijalan, tidur dan menggelandang secara berkelompok.
 2). Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan (masih pulang ke rumah orang tua). 



3. factor – factor yang menyebabkan adanya Anak Jalanan.

     Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota.

     Menurut Saparinah Sadli bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan, antara lain: faktor kemiskinan (struktural dan pribadi), faktor keterbatasan kesempatan kerja (faktor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

    Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000:11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena:

1) Kekerasan dalam keluarga.

2). Dorongan keluarga.

3). Ingin bebas.

4). Ingin memiliki uang sendiri.

5). Pengaruh teman. 

Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi di samping karena adanya faktor broken home serta berbagai faktor lainnya.



4. Solusi untuk mengatasi anak jalanan.

     - Pendekatan Penghapusan (abolition)

        Lebih mendekatkan pada persoalan struktural dan munculnya gejala anak jalanan. Anak jalanan adalah produk dari kemiskinan, dan merupakan akibat dari bekerjanya sistem ekonomi politik masyarakat yang tidak adil. Untuk mengatasi masalah anak jalanan sangat tidak mungkin tanpa menciptakan struktur sosial yang adil dalam masyarakat. Pendekatan ini lebih menekankan kepada perubahan struktur sosial atau politik dalam masyarakat, dalam rangka melenyapkan masalah anak jalanan.



     - Pendekatan Perlindungan (protection)

      Mengandung arti perlunya perlindungan bagi anak-anak yang terlanjur menjadi anak jalanan. Karena kompleksnya faktor penyebab munculnya masalah kemiskinan, maka dianggap mustahil menghapus kemiskinan secara tuntas. Untuk itu anak-anakyang menjadi korban perlu di lindungi dengan berbagai cara, misalnya:melalui perumusan hukum yang melindungi hak-hak anak. Fungsionalisasi lembaga pemerintah, LSM dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Perlindungan ini senada dengan pendapat pemerintah melalui departemen sosial, praktisi-praktisi LSM dan UNICEF di mana tanggal 15 Juni 1998 membentuk sebuah lembaga independent yang melakukan perlindungan pada anak. Yaitu lembaga perlindungan anak (LPA) membentuk LA tersebut didasarkan pada prinsip dasar terbentuknya embrio LPA, yaitu:1) Anak di fasilitasi agar dapat melaporkan keadaan dirinya.2) Menghargai pendapat anak.3) LPA bertanggung jawab kepada masyarakat bukan kepada pemerintah.4) Accountability Menurut Nugroho, sisi negatif dari pendekatan perlindungan tersebutadalah strategis perlindungan hanya akan menjadi ajang kepentingan para elitdan tokoh masyarakat sehingga berimplikasi pada tidak tuntasnyapenyelesaian problem anak jalanan. Produk-produk hukum yang dirumuskan sebagai wujud bagi perlindungan terhadap anak.



     - Pendekatan Pemberdayaan (empowerment)

   Menekankan perlunya pemberdayaan bagi anak jalanan. Pemberdayaan ini bermaksud menyadarkan mereka yang telah menjadi anak jalanan agar menyadari hak dan posisinya dalam konteks social, politik ekonomi yang abadi di masyarakat. Pemberdayaan biasanya di lakukan dalam bentuk pendampingan. Yang berfungsi sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator bagi anak jalanan. Pemberdayaan ini dikatakan berhasil jika anak jalanan berubah menjadi kritis dan mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.

Selain itu ada cara lain yang mampu mengatasi masalah anak jalanan, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan pembatasan terhadap arus urbanisasi (termasuk arus masuknya anak-anak) ke Jakarta, dengan cara operasi yustisi, memperkuat koordinasi dengan daerah asal, pemulangan anak jalanan ke daerah asal dll.

2. Melakukan identifikasi terhadap akar permasalahan guna menyelesaikan masalah anak jalanan tersebut dengan menyentuh pada sumber permasalahannya. Sebagai contoh: banyak diantara anak jalanan yang menjadi tulang punggung keluarganya. Jika ini yang terjadi, maka pemerintah tidak bisa hanya melatih, membina atau mengembalikan si anak ke sekolah. Tapi lebih dari itu, pemerintah harus melakukan pendekatan dan pemberdayaan ekonomi keluarganya.

3. Mengembalikan anak jalanan ke bangku sekolah.

4. Memberikan perlindungan kepada anak jalanan tanpa terkecuali. UU nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa perlindungan anak perlu dilakukan dengan tujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

5. Menciptakan program-program yang responsif terhadap perkembangan anak, termasuk anak jalanan.

6. Melakukan penegakan hukum terhadap siapa saja yang memanfaatkan keberadaan anak-anak jalanan.

7. Membangun kesadaran bersama bahwa masalah anak jalanan sesungguhnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua.





BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

     Permasalahan anak putus sekolah (anak jalanan) akan semakin rumit jika dibiarkan saja. Semakin hari angka tersebut akan semakin tinggi, jika tidak dilakukan upaya tegas dari pemerintah. Banyaknya anak putus sekolah dan beralih menjadi anak jalanan sebab yang mendasar adalah masalah ekonomi keluarga. Disini peran pemerintah sangat diperlukan. Untuk menanggulanginya pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja, program kredit usaha rakyat atau koperasi, memberikan ketrampilan dan modal usaha agar para orang tua bekerja dan mampu menyekolahkan anak mereka. Dan yang terpenting adalah sosialisasi atau kampanye tentang arti penting pendidikan. Memberikan pemahaman tentang arti penting dari generasi sekarang untuk masa depan bangsa ini.



3.2 Saran

     Dengan adanya makalah ini diharapakan mahasiswa telah mengerti dan memahami Anak Jalanan, sehingga dapat mengerti apa itu yang dimaksud Anak Jalanan yang terdapat disekitar kita, agar kita dapat memikirkan kedepannya supaya kita tak menjerumus kesana jika kita terdapat masalah keluarga atau dikucilkan di sekitar kita.





Daftar Pustaka dan Sumber Pendukung

https://fariidaelf.wordpress.com/2014/03/10/contoh-makalah-anak-jalanan-dan-cara-pengentasannya/